: "width=1100"' name='viewport'/> Ahmad Al-Ghifari: Desember 2016

Rabu, 28 Desember 2016

Naskah Drama Radio "Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi"

NASKAH
D I L A R A N G   M E N Y A N Y I   D I   K A M A R   M A N D I
 


DILARANG MENYANYI DI KAMAR MANDI
Sebuah Sandiwara 
Adaptasi bebas dari cerpen Seno Gumira Ajidarma
Oleh : anggy kurniawan

LAKON
PAK RT : (BEI KURNIA)
ZUS : (AYU)
HANSIP : (SYAUQI)
LELAKI : (ANGGY)
PAK SALIM: (HERI)
IBU SURTI(PENJUAL SAYUR) : (DESI)
IBU MARNI : (ARETHA)
IBU SITI : (ALFI)
IBU SUMIATI : (ICHA)

  Adegan I
(SUARA KICAUAN BURUNG DI PAGI HARI KETIKA SEORANG WANITA SEDANG MANDI DAN BERNYANYI
Basah,basah,basah, seluruh tubuh
Ah,ah, ah menyentuh kalbu
Manis,manis,manis semanis maddu
Ah,ah,ah menyentuh syahdu
(DAN SUARA MUSIC DONO MENGENDAP ENDAP )
ZUS DAN HANSIP SEDANG MENDENGARKAN SUARA MANDI SEOARANG WANITA (INGAT BUKAN MENGINTIP). MEREKA BERDUA GELISAH KARENA TAK SABAR SAMPAI –SAMPAI KALANG KABUT LALU BERTABRAKAN (GUBRAAAK)
KEMBALI “ SUARA KICAUAN BURUNG” DAN IBU-IBU MENJEMUR PAKAIAN LALU DATANG SEORANG PENJUAL SAYUR
IBU SURTI (PENJUAL SAYUR)  : sayur, sayur ! bu sayur, bu sayur…
IBU MARNI : Sebentar bu, jemur pakaian dulu!
IBU SURTI (PENJUAL SAYUR) : Bu, ini sayur yang ibu pesan kemarin!
IBU SUMIATI : Iya bi, tunggu sebentar !
(IBU SURTI (PENJUAL SAYUR) MASIH BERUCAP SAYUR, SAYUR, BU SAYURNYA BU SAYUR)
IBU SURTI (PENJUAL SAYUR) : Oh iya, ini sayur yang ibu pesan kemarin!
IBU SUMIATI : Ini sayur kapan nih ?
IBU SURTI (PENJUAL SAYUR) : Yah, sayur kemarin lah! Kan ibu pesannya kemarin.
IBU SUMIATI : Seharusnya sekarang hari ini dong! Masa iya sayur layu begini!
IBU SURTI (PEENJUAL SAYUR) : Kalo mau tidak layu ya pesannya hari ini saja bu! Jangan kemarin. Udah diambil saja!
IBU SUMIATI : Ah tidak jadi saja lah!
IBU MARNI : Hari ini sayurnya apa bi?
IBU SURTI ( PENJUAL SAYUR) : Mau sayur yang murah ? apa sayur yang….mahal ?
                                                            Yang banyak…..atau yang sedikit?
IBU MARNI : Mau yang murah saja bi tapi banyak?
IBU SURTI (PENJUAL SAYUR) : Mau yang bagus ? Ya yang mahal bu.
                                                           Oh sebentar dulu, oiya ini toge murah dan banyak !
IBU MARNI : lho gimana bi, saya kok di kasih toge ! apa ga ada yang lebih bergizi lagi toh?
IBU SURTI ( PENJUAL SAYUR) : Kan ibu sendri yang maunya murah dan banyak! Ya Cuma toge , murah tapi banyak ! harganya Cuma 10 Ribu saja.
IBU MARNI : Baiklah. Oh iya ibu-ibu, kalian sudah dengar bukan wanita yang suaranya sexy sekali itu?
IBU SITI : Iya, saya sudah dengar! Dan itu membuat suami kita membayangkan hal yang tidak-tidak!
IBU-IBU : Betul itu bu, membuat warga resah saja! Sebaiknya kita lapor pak Rt saja kalo begitu!
(SEKELOMPOK IBU-IBU BERBONDONG-BONDONG PERGI KE RUMAH PAK RT )

Adegan II

DEPAN RUMAH PAK RT
IBU-IBU WARGA SEPANJANG GANG ITU RIBUT DENGAN PAK RT.  
IBU SITI : Nah gini loh ceritanya pak, kami dan ibu-ibu kampung ini sudah pada tahu!
PAK RT  : Saya tidak percaya!
IBU SITI : Bapak boleh tidak percaya, tapi suara itu telah merugikan warga di kampung ini.
IBU MARNI : Betul Pak, terutama yang sudah berkeluarga seperti kami.
IBU SURTI (PENJUAL SAYUR): Semenjak suara itu mulai muncul, kebahagiaan rumah tangga kami terganggu.
PAK RT  :  Kok bisa?
IBU SUMIATI : Aduh, Pak RT belum dengar sendiri sih! 
IBU SITI: Suaranya sexy sekali!
                  Saya bilang Sexy sekali, bukan hanya sexy.
IBU MARNI : Kalau mendengar suaranya, orang langsung membayangkan adegan-adegan erotis Pak!
PAK RT  : Sampai segitu?
IBU SURTI(PENJUAL SAYUR) : Ya, sampai begitu! Bapak kan tahu sendiri, suaranya Serak-serak basah itu disebabkan karena apa!
PAK RT  : Karena apa? Saya tidak tahu.
IBU SITI : Karena sering dipakai dong pastinya!
PAK RT  : Dipakai makan maksudnya?
IBU SUMIATI  : Pak RT ini bagaimana sih? Makanya jangan terlalu sibuk mengurusi kampung. Sesekali nonton yang begituan kek, untuk selingan supaya tahu dunia luar.
PAK RT  : Saya, Ketua RT, harus nonton yang begiutuan bagaiamana, lalu apa hubungannya?
IBU SURTI: Supaya Pak RT tahu, kenapa suara yang serak-serak basah itu sangat berbahaya untuk stabilitas sepanjang Gang ini.
IBU SITI : Apa Pak RT tidak tahu apa yang dimaksud dengan adegan-adegan erotis? Apa Pak RT tidak tahu dampaknya bagi keidupan keluarga?  Apa Pak RT selama ini buta kalau hampir semua suami di gang ini menjadi dingin di tempat tidur? Masak gara-gara nyanyian seorang wanita yang indekost di tempat ibu Saleha, kehidupan seksual warga masyarakat harus terganggu? Sampai kapan semua ini berlangsung?
IBU MARNI  : Kami ibu-ibu sepanjang gang ini sudah sepakat, dia harus diusir!
IBU-IBU  : (BERSAHUTAN) Ya, di usir!!
PAK RT  : lho, lho, lho, sabar dulu. Semuanya harus dibicarakan baik-baik. Dengan musyawarah, dengan Mufakat, jangan main hakim sendiri. Dia kan tidak membuat kesalahan apa-apa? Dia hanya menyanyi di kamar mandi. Yang salah adalah imajinasi suami ibu-ibu sendiri, kenapa harus membayangkan adegan-adegan erotis? Banyak penyanyi dangdut suaranya serak-serak basah, tidak menimbulkan masalah. Padahal lagu-lagunya tersebar ke seluruh dunia.
IBU SURTI (PENJUAL SAYUR) : Ooo itu lain sekali pak. Mereka tidak menyanyikannya di kamar mandi dengan iringan bunyi jebar-jebur. 
IBU MARNI: Tidak ada bunyi resleting!
IBU SUMIATI: Tidak ada bunyi sabun menggosok kulit!
IBU- SITI :  Tidak ada bunyi karet celana dalam. 
IBU SURTI ( PENJUAL SAYUR) : Nyanyian dikamar mandi yang ini berbahaya, karena ada unsur erotisnya Pak! Porno! Pokoknya kalau Pak RT tidak mengambil tindakan, kami sendiri yang akan bertindak ! betul ibu-ibu?!
IBU-IBU  : (BERAMAI-RAMAI) Ya! Betul! 
PAK RT DAN IBU-IBU BENTROK LAGI. SAMPAI AKHIRNYA, SITUASI BISA DI AMANKAN OLEH HANSIP. HANSIP KEMBALI DATANG DENGAN TERENGAH-ENGAH SETELAH BERHASIL MENGUSIR IBU-IBU.
HANSIP  : Apa yang akan bapak lakukan sekarang?
PAK RT  : Aku tidak habis pikir, bagaimana suara yang serak-serak basah bisa membuat orang berkhayal begitu yah, sehingga mempengaruhi kebahagian kehidupan rumah tangga.
HANSIP  : Tentu saja bisa Pak. Suara itu betul-betul dahsyat. Ada semacam kekuatan yang dapat menghipnotis orang yang mendengarnya. Sehingga berimajinasi yang bukan-bukan. Lebih-lebih para lelaki, bakal lupa anak istri Pak!
PAK RT  :  Apakah yang terjadi dengan kenyataan sehingga seseorang bisa bercinta dengan imajinasi? Yang juga membuat aku bingung, kenapa para suami ini bisa mempunyai imajinasi yang sama?
HANSIP  : Ya namanya lelaki normal, Pak. Mungkin Bapak juga akan melakukan  hal yang sama. (JEDA SEBENTAR, KEMUDIAN SETENGAH BERBISIK). Itu kalo bapak masih normal.
PAK RT  :  Heh?! Apa kamu bilang.
HANSIP  : Eh, enggak pak! Saya bilang perempuan itu kayak kuda binal!
PAK RT  :  Ah, pasti ada yang salah dengan sistem imajinasi kita!
HANSIP  :  Sebaiknya bapak juga harus mendengarnya sendiri. Jadi bisa tahu siapa yang benar siapa yang salah kita atau mereka. Begitu pak!
PAK RT  : (BERPIKIR)
HANSIP  : Kalau Bapak mau, saya bisa menemani Pak.
PAK RT  : Itu kan maumu. Dasar mesum!
HANSIP  : Lho bukan begitu maksudnya pak. Saya tahu betul kapan perempuan itu mandi.
PAK RT  : (MENGHARDIK)  Jadi kamu juga salah satu hidung belang itu?!
HANSIP  : (TERSIPU) Jangan buru-buru menyimpulkan, Pak.  Bisa jadi, maaf, hidung Bapak juga jadi belang. Hehehe...ini maaf lho Pak.
PAK RT  : (MELOTOT) Hemmmm….!
HANSIP  : Emm, kalau Bapak berkenan, saya bisa mengantar Bapak untuk melihat kondisinya seperti apa.
PAK RT  : Jadi betul, kamu tahu kapan waktu dia mandi?
HANSIP  : Lho, ya jelas tahu dong Pak. Saya kan petugas keamanan di sini. Jadi saya bertanggung jawab atas semua aktivitas warga kampung ini. Termasuk mandi. Heeee...
PAK RT  :  Apa yang bisa kamu katakan soal wanita ini?
HANSIP  : Jadi begini Pak, menurut pengamatan saya, dia itu seorang wanita muda yang hidup dengan sangat teratur. Pergi kantor dan pulang ke rumah pada waktu yang tepat. Bangun tidur pada jam yang telah ditentukan. Makan dan membaca buku pada saat yang selalu sama. Begitu pula ketika ia harus mandi, sambil menyanyi dengan suara serak-serak basah. 
PAK RT  : Kalau begitu sekarang juga kamu antar saya kerumahnya. Tapi jangan sampai ketahuan ibu-ibu.
HANSIP  : Beres Pak !
 
Adegan III

Belakang rumah Zus, dekat kamar mandi. Pak Rt, hansip dan para lelaki kampung sedang menguping (ingat, bukan mengintip) Zus yang sedang mandi. Semuanya gelisah karena tak sabar. Mereka saling berbisik.
(Seorang wanita menyanyi )
(Musik mengendap-ngendap)
PAK RT  : (KEPADA HANSIP) heh! Mana? Lama benar.
HANSIP  : Sabar Pak, sebentar lagi!
LELAKI  : Waktunya selalu tepat Pak, tak pernah meleset.
PAK RT  : (MANGGUT-MANGGUT DENGAN BIJAK, KEMUDIAN MELIHAT
ARLOJI)  Masih satu menit lagi.

Satu menit segera lewat. Terdengar derit pintu kamar mandi. Serentak orang-
orang yang mengiringi Pak RT mengarahkan telinganya ke lobang angin, seperti
mengarahkan antena parabola ke Amerika seraya mengacungkan telunjuk di
depan mulut.
SEMUA  : sssssstt..!!
Pak RT melihat wajah-wajah yang bergairah, bagaikan siap dan tak sabar lagi mengikuti permainan yang seolah-olah paling mengasyikkan di dunia. Lantas segalanya jadi begitu hening. Bunyi pintu yang ditutup terdengar jelas. Begitu pula bunyi resluiting itu, bunyi gesekan kain-kain busana itu, dendang-dendang kecil itu, yang jelas suara wanita. Lantas byar-byur-byar-byur. Wanita itu rupa-ruapnya mandi dengan dahsyat sekali. Bunyi gayung menghajar bak mandi terdengar mantab dan penuh semangat. Namun yang dinanti-natikan Pak RT bukan itu. Bukan pula bunyi gesekan sabun ke tubuh yang basah, yang sangat terbuka untuk ditafsirkan sebebas-bebasnya. Yang ditunggu Pak RT adalah suara wanita itu. Dan memang dendang kecil itu segera menjadi nyanyian yang mungkin tidak teralu merdu tapi ternyata merangsang khayalan menggairahkan. Suara wanita itu serak-serak basah, entah apa pula yang dibayangkan orang-orang dibalik tembok dengan suara yang serak-serak basah itu. Wajah mereka seperti orang lupa dengan keadaan sekelilingnya. Agaknya nyanyian wanita itu telah menciptakan sebuah dunia di kepala mereka dan mereka sungguh-sungguh senang berada disana. 
HANSIP  : (TERSADAR DAN TETAP BERBISIK)
   Nah, benar kan Pak?
Pak RT keluar dari kerumunan itu. Adegan membayangkan dan seperti bicara dengan penonton.
PAK RT  :  Suara wanita itu sangat merangsang dan menimbulkan daya khayal yang meyakinkan seperti kenyataan. (PAK RT MEMEJAMKAN MATA) 
PAK RT  :  Bunyi air mengguyur badan jelas hanya mengarah tubuh yang telanjang. Bunyi sabun menggosok kulit boleh ditafsirkan untuk suatu bentuk tubuh yang sempurna. Dan akhirnya ya suara serak-serak basah itu, segera saja membayangkan suatu bentuk bibir, suatu gerakan mulut, leher yang jenjang, dan tenggorokan yang panjang. Astaga! Alangkah sensualnya, alangkah erotisnya, alangkah sexy!
 (PAK RT MEMBUKA MATA) Dengan terkejut dilihatnya warga masyarakat yang tenggelam dalam ekstase.
PARA LELAKI : Aaaaaaahhhhh!
PAK RT  : Heh, dia keluar! Kemudian para lelaki itu kalang kabut.
  (MUSIC PANIK)
Adegan IV

Suatu tempat.
HANSIP  : (MENDEKATI PAK RT) Betul kan pak, suaranya sexy sekali ?
PAK RT  : Ya betul
HANSIP  : Betul kan Pak, suaranya menimbulkan imajinasi yang tidak-tidak?
PAK RT  : Ya betul
HANSIP  : Betul kan Pak nyanyian di kamar mandi itu meresahkan masyarakat?
PAK RT  : Boleh jadi.
HANSIP  : Lho, ini sudah bukan boleh jadi lagi Pak, sudah terjadi! Apa kejadian kemarin belum cukup?
PAK RT  : Sudah.
HANSIP  : Maka dari itu Bapak harus segera mengambil tindakan! 
PAK RT  : Sedang saya pikirkan.
Lalu muncul Zus yang sudah berdandan rapi.
ZUS   : Mari Pak !
HANSIP  : (GUGUP) Ya mari, Non !
PAK RT  : Eh, Zus ! Bisa bicara sebentar ?
Mereka Berjalan keluar panggung.
LAMPU REDUP
 
ADEGAN V
Suatu tempat.
LAMPU TERANG  
Mereka muncul lagi dari arah berbeda.
ZUS   : Jadi suara saya terdengar sepanjang gang di belakang rumah?
PAK RT  : Betul, Zus.
ZUS   : Dan ibu-ibu meminta saya agar tidak menyanyi supaya suami mereka tidak berpikir yang bukan-bukan?
PAK RT  : Ya, kira-kira begitu Zus.
ZUS   : Jadi selama ini ternyata para suami di sepanjang gang dibelakang rumah membayangkan tubuh saya telanjang ketika mandi, dan membayangkan bagaimana seandainya saya bergumul dengan mereka di ranjang, begitu?
PAK RT dan HANSIP saling berpandangan dan malu.
ZUS   : Baiklah Pak RT, Saya usahakan untuk tidak menyanyi di kamar mandi. Akan saya usahakan agar mulut saya tidak mengeluarkan suara sedikit pun.
PAK RT  : Aduh, terimakasih banyak Zus. Harap maklum Zus, saya cuma tidak ingin masyarakat menjadi resah.
ZUS   : Iya Pak, sama-sama.
PAK RT  : Kalau begitu, kami permisi.
(Pak Rt dan Hansip pergi)
 LAMPU PADAM.
 
ADEGAN VI
Depan rumah Pak RT.
PAK RT  : (KEPADA PENONTON) Begitulah semenjak itu, tak terdengar lagi nyanyian bersuara serak-serak basah dari kamar mandi diujung gang itu. Saya merasa lega. Meski terkadang masih terbayang di benak saya betapa lidah wanita itu bergerak-gerak membasahi bibirnya yang sungguh-sungguh merah. Tapi tenang, semua akan berjalan lancar saudara-saudara.
TIBA-TIBA HANSIP DATANG DENGAN TERGOPOH-GOPOH.
HANSIP  : Pak Rt! Pak Rt! Gawat Pak Rt!
Kaum ibu sepanjang gang ternyata masih resah pak!
PAK RT  : Ada apa lagi? Apa wanita itu masih menyanyi lagi?
HANSIP  : Betul Pak, tapi menurut laporan ibu-ibu pada saya, setiap kali mendengar bunyi jebar-jebur dari kamar mandi itu, para suami membayangkan suaranya yang serak-serak basah. Dan karena membayangkan suaranya yang serak-serak basah yang sexy, lagi-lagi meraka membayangkan pergumulan di ranjang dengan wanita itu Pak. Akibatnya, kehidupan seksual warga kampung sepanjang gang ini masih belum harmonis. Para ibu mengeluh suami-suami mereka masih dingin, pak!
PAK RT  : Jangan-jangan khayalan para ibu tentang isi kepala suami mereka sendiri juga berlebihan! Kamu sendiri bagaimana? Apa kamu juga membayangkan yang tidak-tidak meski hanya mendengar jebar-jebur orang mandi saja?
HANSIP  : (TERSENYUM MALU) Saya belum kawin, pak.
PAK RT  : Aku tahu, maksudku kamu membayangkan adegan-adegan erotis atau tidak kalu mendengar dia mandi?
HANSIP  : Ehm! Ehm!
PAK RT  : Apa itu Ehm-Ehm?
HANSIP  : Iya, Pak.
PAK RT  : Nah, begitu dong terus terang dari tadi janga bertele-tele. Jadi ibu-ibu maunya apa?
HANSIP  : Mereka ingin minta wanita itu diusir Pak.
PAK RT  : (BERPIKIR SEJENAK) Tidak mungkin, wanita itu tidak bersalah. Bahkan melarangnya nyanyi saja sudah keterlaluan.
HANSIP  : Tapi imajinasi porno itu tidak bisa dibendung Pak.
PAK RT  : Bukan salah wanita itu dong! Salahnya sendiri kenapa mesti membayangkan yang tidak-tidak? Memang tidak ada pekerjaan lain?
HANSIP  : Salah atau tidak, menurut ibu-ibu adalah wanita itu penyebabnya Pak. Ibu-ibu tidak mau tahu. Mereka menganggap bunyi jebar-jebur itu masih mengingatkan bahwa itu selalu diiringi nyanyian bersuara serak-serak basah yang sexy, sehingga para suami masih membayangkan suatu pergumulan di ranjang yang seru!
PAK RT  : Terlalu! Pikiran sendiri kemana-mana, orang lain disalahkan.
KEMUDIAN PAK RT BERJALAN KE ARAH DEPAN PANGGUNG, MELAKUKAN
SEMACAM MONOLOG. 
LAMPU BERUBAH.
PAK RT  : Pengalamannya yang panjang sebagai ketua RT membuat saya hafal, segala sesuatu bisa disebut kebenaran hanya jika dianut oelh orang banyak. Sudah berapa maling digebuk sampai mati dikampung itu dan tak ada seorangpun yang dituntut ke pengadilan, karena dianggap memang sudah seharusnya.
PAK RT  : (SEOLAH-OLAH KEPADA ZUS) Begitulah Zus, saya harap Zus berbesar hati menghadapi semua ini. Maklumlah orang kampung Zus, kalau sedang emosi semaunya sendiri. 
PAK RT  : (KEPADA PENONTON) Wanita itu lagi-lagi tersenyum penuh pengertian. Lagi-lagi ia menjilati bibirnya sendiri sebelum bicara.
PAK RT  : (MENIRUKAN GAYA ZUS) Sudahlah Pak, jangan dipikir, saya mau pindah ke kondominium saja, supaya tidak mengganggu orang lain.
PAK RT  : (KEPADA PENONTON) Maka hilanglah bunyi jebar-jebur pada jam yang sudah bisa dipastikan itu. Ibu-ibu yang sepanjang hari cuma mengenakan daster merasa puas, duri dalam daging telah pergi. Selama ini alangkah tersiksanya mereka, karena ulah suami mereka yang menjadi dingin, gara-gara membayangkan adegan seru dengan wanita bersuara serak-serak basah itu. 
LAMPU PADAM 


ADEGAN VII
Rumah warga.
PAK SALIM: Biasanya jam segini dia mandi 
IBU SITI : Sudah. Jangan diingat-ingat!
PAK SALIM : Biasanya dia mandi dengan bunyi jebar-jebur dan menyanyi dengan suara serak-serak basah.
IBU SITI  : Sudahlah. Kok malah diingat-ingat sih?
PAK SALIM : Kalau dia menyanyi suaranya sexy sekali. Mulut wanita itu hebat sekali, bibirnya merah dan basah. Setiap kali mendengar bunyi sabun menggosok kulit aku tidak bisa tidak membayangkan tubuh yang begitu penuh dan berisi. Seandainya tubuh itu ku peluk dan kubanting ke tempat tidur. Seandainya ..
BELUM HABIS KALIMAT SUAMI ITU, KETIKA ISTRINYA BERTERIAK KERAS SEKALI, SEHINGGA TERDENGAR SEPANJANG GANG.
IBU SITI : Tolooooooong! Suami saya berkhayal lagi! Tolooooooooong!
TERNYATA TERIAKAN ITU BERSAMBUT. DARI SETIAP TERAS RUMAH, TERDENGAR TERIAKAN PARA IBU MELOLONG-LOLONG.
IBU MARNI  : Toloooooooong! Suami saya memanggil-manggil nama wanita itu.
Toloooooong!
IBU SURTI (PENJUAL SAYUR) : Tolooooong! Suami saya membayangkan adegan seru lagi dengan wanita itu! Tolooooooong!
IBU SUMIATI : Toloooooooong! Kami sedang berdua, tapi suami saya tidak mau bergerak sama sekali! Toloooooong!
PAK RT  : Bagaimana caranya menertibkan imajinasi?
MUSIK SUASANA GEGER. 
HANSIP BERLARI KIAN KEMARI MENENANGKAN IBU-IBU. PAK RT MUNCUL DI TENGAH KERAMAIAN ITU. 
PAK RT  : Baiklah, Bapak-bapak Ibu-Ibu saya sudah memutuskan, akan  mendirikan fitness centre di kampung ini. Di fitness centre itu akan diajarkan Senam Kebahagiaan Rumah Tangga yang wajib diikuti ibu-ibu, supaya bisa membahagiakan suaminya. pembukaan fitness center  itu kelak, kalau bisa dihadiri Jane Fonda, Ade Rai, Viki Burki, dan artis-artis lainnya.
LAMPU PADAM. KEMUDIAN TERANG DI SUATU SUDUT DIMANA HANSIP SEDANG
MEMASANG TULISAN  DILARANG MENYANYI DI KAMAR MANDI  DI BAWAH
TULISAN ’PEMULUNG DILARANG MASUK’. END

Minggu, 25 Desember 2016

Analisis Teori Feminism dalam Novel “Bumi Manusia: Karya Pramoedya Ananta Toer"


Sebelum mengetahui lebih dalam tentang analisis sebuah karya dengan menggunakan Teori Feminisme yang digagasi oleh Mary Wollstonecraft . Akan lebih dapat dipahami jika pengetahuan tentang karya nfiksi.dan juga bagaimana mengapresiasinya dengan berbagai aspek kesastraan dipelajari. Karya sastra dapat didefinisikan sebagai tulisan ‘imajinatif’ dalam artian fiksi—tulisan yang secara harfiah tidak harus benar. Namun ada batasan-batasan yang membuat karya tersebut dikategorika sebagai sastra.
             Menurut Bahsin dan Night dalam bukunya “Some Question of Feminism and its Relevance in South Asia” pada tahun 1986 mendefinisikan feminisme sebagai suatu kesadaran akan penindasan dan pemerasan terhadap perempuan di masyarakat, tempat kerja, dan keluarga, serta tindakan sadar oleh perempuan dan laki-laki untuk mengubah kesadaran tersebut. Maka hakikat dari feminisme masa kini adalah perjuangan untuk mencapai kesetaraan, harkat, serta kebebasan perempuan untuk memilih dalam mengelola kehidupan dan tubuhnya, baik di dalam maupun di luar rumah tangga.
            Seiring berjalannya waktu, feminisme bukanlah sekedar sebuah wacana melainkan sebuah idelogi yang hakikatnya perlawanan, anti, dan bebas dari penindasan, dominasi, hegemoni, ketidakadilan, dan kekerasan yang dialami perempuan.
            Dengan dipahami dari ideologi tentang perlawanan, ini mengindikasikan bahwa dalam feminisme harus ada aksi untuk membebaskan perempuan dari semua ketidakadilan, sehingga feminisme juga memiliki artian gerakan-gerakan intelektual yang muncul dan tumbuh secara akademis maupun bentuk upaya-upaya politik dan sosial perempuan untuk mengakhiri penindasan yang dialami.
            Pramoedya Ananta Toer lahir pada 6 Februari 1925 di Blora, sebuah kota kecil di bagian utara Jawa Tengah. Ia anak sulung dari Sembilan orang anak yang dilahirkan dari hasil perkawinan M. Toer dan Saidah. Ayahnya berasal dari keluarga Bupati Kediri. M.Toer seorang jawa asli dengan kebudayaan jawa sebagai pilar pendidikan keluarga, tetapi terdidik dalam sekolah Barat. Ibunya, Saidah, anak penghulu kabupaten Rembang dan terdidik dalam islam pesisir. Ibunya pernah belajar di Sekolah Dasar Belanda dan juga di rumah melalui guru-guru Belanda yang didatangkan oleh kakeknya. Dalam kehidupan keluarganya, Pramoedya merasa telah terjadi konflik antara dua kebudayaan, yaitu Islam pesisir yang dianut ibunya dan Islam pedalaman yang dianut ayahnya. Namun, ada satu sikap yang sama dalam diri ayah dan ibunya, yaitu jiwa patriotik nasionalis kiri. Pramoedya dididik orang tuanya dengan tujuan agar menjadi manusia yang bebas. Ini sangat bertentangan dengan situasi pada waktu itu, bahwa sebagian besar masyarakat bercita-cita menjadi pegawai negeri, yaitu golongan priyayi. Yang selalu diajarkan orang tuanya adalah agar menjadi bebas dan tidak malu bekerja.
            Dalam novel Bumi manusia, dkisahkan seorang Nyai benama Ontosoroh atau Sanikem berawal dari ayahnya yang sebelumnya hanyalah seorang juru tulis yang mendambakan jabatan yang lebih tinggi yaitu sebagai jurubayar. Banyak cara yang telah ditempuh ayahnya mulai dari menjilat dan merugikan teman-temannya sampai melalui dukun dan tirakat tapi usahanya Sanikem pada saat berumur tiga belas tahun mulai mengalami pingitan dan hanya tahu dapur, ruang belakang dan kamarnya. Ketika berumur empatbelas tahun Sanikem sudah dianggap oleh masyarakat sebagai perawan tua. Ayahnya mempunyai rencananya sendiri dengan menolak semua lamaran yang datang.
            Sisi feminis dalam novel ini pun muncul dan ditonjolkan dalam sudut pandang Nyai Ontosoroh sendiri, yang dalam cerita itu, bukanlah nyai biasa. Bukanlah gundik biasa. Zaman itu, Nyai identik dengan kebobrokan moral dan kebodohan. Sehingga jika ada seorang wanita Pribumi mendapatkan predikat Nyai, sudah dipastikan masyarakat akan mencap jelek wanita itu. Tapi ternyata, Nyai Ontosoroh adalah Nyai yang berbeda dengan Nyai kebanyakan. Ia mampu membaca dan berbahasa Belanda dengan sangat baik. Sebuah hal yang hampir mustahil terjadi di masa itu.

“Ayahkku dan hanya ayahku yang menentukan. Memang     beruntung kalau jadi yang pertama dan tunggal. Dan itukeluarbiasaan dalammasyarakat pabrik. Masih ada lagi Apa lelaki yang mengambildari rumah itu tua atau muda, seorang perawan tak perlu mengetahui sebelumnya. Sekali peristiwa itu terjadi perempuan harus mengabdi dengan seluruh jiwa dan raganya pada lelaki yang tidak dikenal itu, seumur hidup, sampai mati atau sampai dia bosan dan mengusir. Tak ada jalan yang bisa dipilih. Boleh jadi dia seorang penjahat, penjudi atau     pemabuk.orang takkan bakal tahu sebelumnya jadi istrinya. Akan beruntung bila yang datang itu seorang budiman. (hal. 119)

Seperti kutipan di atas begitulah gambaran posisi perempuan dalam masa itu. Dimana Sanikem menceritakan bahwa perempuan tidak mempunyai hak untuk menentukan calon suaminya sendiri dan menentukan nasibnya dimasa depan. Hal ini dialami oleh Sanikem, Tuan Sastrotomo memberikannya kepada Tuan Administratur agar bisa diangkat sebagai juru bayar jabatan yang didamba-dambakannya demi sebuah kehormatan dan ketakziman.
            Dibawah ini adalah analisis “Feminism dalam Novel “Bumi Manusia: Karya Pramoedya Ananta Toer.

                                    ….seorang anak yang telah dijual oleh ayahnya sendiri, juru tulis Sastrotomo, yang dijual adalah diriku: Sanikem. Sejak detik itu hilang sama sekali penghargaan dan hormatku pada ayahku” (P. )

Melalui kutipan di atas, terlihat jelas terdapat unsur teori feminisme yang mana dalam kalimat “Sejak detik itu hilang sama sekali penghargaan dan hormatku pada ayahku” mengandung penentangan dari Sanikem sebagai perempuan yang mengalami nasib seperti itu terhadap posisi anak khususnya anak perempuan yang mempunyai nasib dijual oleh orang tuanya sendiri.  Tetapi dia menemukan kebangkitan diri.
Kekalahannya dalam bentuk Ketidakberdayaannya menolak gundik (Nyai) seorang Belanda bernama Herman Mellema mendorong Nyai Ontosoroh untuk menyerap berbagai arus pemikiran.
            Tokoh Nyai Ontosoroh dalam novel ini juga memainkan peran yang takkalah pentingnya dari Minke, tokoh utamanya sendiri. Melalui Nyai Ontosoroh, Pram juga ingin membuktikan bahwa semua manusia di dunia ini sama. Tidak peduli apakah dia itu orang Eropa atau bukan, pria atau wanita, nyonya atau nyai; semuanya mempunyai hak yang sama di dunia ini. Tidak ada alasan untuk memandang seseorang dengan sebelah mata.

                                    …Mama tumbuh jadi pribadi baru dengan penglihatan dan pandangan baru. Rasanya aku bukan budak yang dijual di Tulangan beberapa tahun yang lalu. Rasanya   aku tak punya masa lalu lagi” (Toer, Hal. )

Dengan berjalannya waktu, bagian kutipan “tumbuh jadi pribadi baru” diatas adalah karena setelah Nyai ontosoro dibawa kerumah suaminya, ia diajarkan berbagai macam studi bagaimana cara membaca, menulis dan bericara dalam Bahasa Belanda yang dilakukannya untuk mempersiapkan dirinya untuk hal-hal yang bisa saja terjadi sewaktu-waktu pada seorang nyai-nyai, seorang gundik. Hal ini sangat mendukung dalam teori Feminisme yang diungkapkan oleh Mansour Fakih yang menjelaskan bahwa “feminisme merupakan gerakan yang berangkat dari asumsi dan kesadaran bahwa kaum perempuan pada dasarnya ditindas dan dieksploitasi, serta usaha untuk mengakhiri penindasan dan eksploitasi tersebut.” Maka dari itu, sosok Nyai ontosoro dalam novel ini ingin menjadikan seorang perempuan mempunyai derajat yang sama dengan suaminya tanpa adanya penindasan, kekerasan dan hal-hal yang membuat para wanita terelenggu pada aturan lelaki atau suami melalui teori Feminisme yang bertujuan sebagai kepedulian memperjuangkan nasib perempuan. Hal itu dikarenakan ada nya kesadaran bahwa perempuan ditindas,di eksploitasi,dan berusaha untuk menghindari penindasan dan eksploitasi

Itulah yang hal menarik Minke untuk bergaul dengan Nyai Ontosoroh walaupun ramai orang membicarakan mereka. Kenyataan sosial pada masa itu terhadap kaum perempuan. Penjualan perempuan dianggap sudah biasa dan dihalalkan, tanpa mengindahkan siksaan dan penghinaan yang mungkin diterima si perempuan. Sanikem dijual oleh orang tuanya demi naik jabatan dan mendapatkan uang.
                                                Begitulah, Ann, upacara sederhana bagaimana  seorang anak telah dijual oleh ayahnya sendiri, jurutulis Sastrotomo. Yang dijual adalah diriku: Sanikem. Sejak detik itu hilang sama sekali penghargaan dan hormatku pada ayahku; pada siapa saja yang hidupnya pernah menjual  anaknya sendiri. Untuk tujuan dan maksud apapun….”  (Toer, hal.123)

Pramoedya menggambarkan Nyai Ontosoroh sebagai gundik yang berbeda dari prasangka umum. Ia begitu bersahaja dan arif. Etika, tingkah laku, kemampuan menulis dan berbicara dalam Melayu, dan Belanda Nyai. Dalam kutipa diatas dapat kita ketahui, dimasa itu, seorang perempuan sangat tidak bermakna sebagai masyarakat pribumi. Tidak hanya menurut pandangan Bangsa Eropa, tetapi juga orang tua yang  melahirkan dan membesarkannya begitu tega menjual kepada bangsa Eropa dan itulah mengapa Teori Feminisme diperlukan pada zaman tersebut agar tidak adanya penindasan, kekerasan atau apapun yang membuat generasi para perempuan tidak merasakan ap yang ia rasakan sebelumnya. Seperti yang ada dalam kutipan dibahawah ini “Mengapa aku menceritakan ini padamu, Ann? Karena aku tak ingin melihat anakku mengulang pengalaman terkutuk itu. Kau harus kawin secara wajar. Kawin dengan seorang yang kau sukai dengan semau sendiri. Kau anakku, kau tidak boleh diperlakukan seperti hewan seperti itu. (Toer, hal. 127-128)

                                    Aku masih terpesona melihat seorang wanita pribumi bukan  saja bicara Belanda, begitu baik, lebih karena tidak mempunyai suat komplex terhadap tamu pria. Di mana lagi bisa ditemukan wanita semacam dia? Dan mengapa hanya seorang nyai, seorang gundik? Siapa pula yang telah mendidiknya jadi begitu bebas seperti wanita Eropa? Keangkeran istana kayu ini berubah menjadimahligai teka-teki bagiku. (Toer, hal.34)

Kutipan di atas mempunyai hubungan dengan kutipan sebelumnya. Sesuai dengan teori Feminisme yang dikemukakan oleh M Aggie Humm dalam bukunya “Dictionary of Feminist Theories” menyebutkan “feminisme merupakan ideologi pembebasan perempuan karena yang melekat dalam semua pendekatannya adalah keyakinan bahwa perempuan mengalami ketidakadilan disebabkan jenis kelamin yang dimilikinya.” Terlihat jelas bahwa Sosok Nyai Ontosoroh merupakan sosok perempuan pribumi yang begitu kuat. Bekerja menafkahi anak-anaknya dengan mengelola sebuah perusahaan besar. Berdiri, diposisikan sebagai gundik yang tak lain adalah budak, dihinakan oleh keluarga sendiri dan masyarakat baik pribumi, Indo, maupun Belanda Totok. Namun, ia menjadi wanita pribumi tangguh dengan mengandalkan alur hidup untuk membebaskan ketidakadilah yang dilakukan dijaman tersebut.

                                    Mama pelajari semua yang dapat kupelajari  dari kehendak tuanku:kebersihan, bahasa Melayu, menyusun tempat tidur danrumah masak cara Eropa. Ya, Ann, aku telah mendendam orangtuaku sendiri. Akankubuktikan pada mereka, apapun yang  telah diperbuat atas diriku, aku harus bisa lebih berharga dari pada mereka, sekalipun hanya sebagai nyai. (Toer, Hal 128)

                                    Hampir saja Mama lupa menceritakan,  Ann. Tuan juga yang mengajari aku berdandan dan memilih warna yang cocok….. (Toer,hal. 133)

Dari kutipankutipan diatas, nampak jelas bahwa setelah mama annelise melakukan apa yang dijelaskan dalam teori feminisme, yaitu melakukan kegiatan-kegiatan apa yang dilakukan lelaki biasanya. Seperti apa yang telh dikatakan oleh   Kamus ideologi politik , Feminisme ialah  Sekumpulan gagasan yang selalu berubah – ubah, gagasan ini merupakan tanggapan yang digerakan oleh ketidakadilan. Dalam diri perempuan yang tersinggung karena memperioritas kan hak – hak tertentu untuk kaum laki – laki.” Jadi pada masanya, Nyai Ontosoroh adalah orang yang pertama yang melakukan atau mengusung feminisme sebagai hal yang sangat diperlukan untuk menghilangkan diskriminasi dalam hidup sebagai perempuan.


….Sudah sejak di Tulangan ia menternakkan sapi perah dari Australia dan diajarinya aku bagaimana memeliharanya. Di malam hari aku diajarinya baca-tulis, bicara dan menysusun kalimat Belanda. (Toer,Hal.130)

                                    “….aku tak ingin melihat anakku mengulai pengalaman terkutuk ini. Kau harus kawin secara wajar. Kawin dengan seseorang yang kau sukai dengan semau sendiri. Kau anakku, kau tidak boleh iperlakukan seperti hewan semacam itu. Anakku tidak boleh dijual oleh siapapun dengan harga berapun.” (hal 127-128)

            Sanikem tidak hanya mengalami perpolitikan keluarga kolonial, dia pada akhirnya harus menghadapi sistem hukum kolonial itu sendiri. Kaum Nyai sepenuhnya bergantung pada perlindungan Tuannya. Bagaimana jika lelakinya pergi meninggalkannya? Bagaimana nasib Nyai dan keluarganya?  Sanikem adalah gambaran gadis-gadis di Bumi Manusia yang mengalami penindasan feodalisme. Bukan hanya tidak memiliki pengetahuan karena tidak dapat bersekolah dan juga dari keluarga miskin, tetapi juga karena kepercayaan bahwa perempuan tidak perlu bersekolah karena perannya hanya itu mendampingi dan melayani suami, melahirkan serta merawat anak

                                    Siapa yang menjadikan aku gundik? siapa yang membikin mereka jadinyai-nyai? Tuan-tuan bangsa Eropa, yang dipertuankan. Mengapa di forum resmi kami ditertawakan? dihinakan? Apa Tuan-  Tuan mengkehendaki anakku juga jadi gundik? Suaranya terngaung-gaung ke seluruh gedung. Dan semua hadirin terdiam. Agen yang menyeretnya lebih cepat dalam melaksanakan tugas. Pada waktu itu wanita pribumi itu telah menjadi jaksa resmi, seorang penuduh terhadap bangsa Eropa yang menertawakan perbuatan mereka sendiri. (Toer, hal. 427)


Dalam kutipan diatas, selain belajar tentang kebersihan, bahasa Melayu, menyusun tempat tidur dll. Tetapi, pada akhirnya Sanikem yang sudah menjadi Nyai harus berhadapan langsung dengan hukum kolonial Tuan-tuan hakim Belanda untuk membela  dirinya dan membela haknya sebagai seorang ibu. Adalah dari mulut dari seorang  Nyai ini keluar kata-kata yang mengungkapkan sesungguhnya.
            Nyai Ontosoroh tetaplah Sanikem  wanita pribumi yang lagi-lagi tidak berdaya menghadapi ketika anaknya Annelise dibawa paksa dari tangannya. tapi biar bagaimanapun Nyai Ontosoroh tetap berusaha keras melakukan perlawanan mempertahankan anaknya meski kalah. Digambarkan Nyai Ontosoroh berkata kepada Minke,

                                    Kita telah melawan, Nak. Nyo, sebaik-baiknya, sehormat-                            hormatnya".  (Toer, hal.535)

Nyai melakukan perlawanan terhadap nasib sebagai gadis yang dijual menjadi Nyai “Kita telah melawan” terhadap kemunafikan dan kezaliman didalam rumahnya sendiri, terhadap sistem dan hukum kolonial itu sendiri. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Bahsin dan Night dalam bukunya “Some Question of Feminism and its Relevance in South Asia” pada tahun 1986 mendefinisikan “feminisme sebagai suatu kesadaran akan penindasan dan pemerasan terhadap perempuan di masyarakat, tempat kerja, dan keluarga, serta tindakan sadar oleh perempuan dan laki-laki untuk mengubah kesadaran tersebut.” Maka hakikat dari feminisme masa kini adalah perjuangan untuk mencapai kesetaraan, harkat, serta kebebasan perempuan yang terjadi pada Nyai Ontosoroh untuk memilih dalam mengelola kehidupan dan tubuhnya, baik di dalam maupun di luar rumah tangga.
Maka dari itu, pada dasarnya Pram mengangkat ketidakadilan yang dialami oleh orang-orang tertentu dalam novel ini. Salah satu caranya adalah dengan menggambarkan pelanggaran hak-hak maupun pendiskreditan keberadaan mereka. Melalui Bumi Manusia, Pram ingin mengingatkan kita bahwa semua  orang mempunyai hak yang sama dan orang lain harus menghormati hak-hak tersebut tanpa melihat status, jabatan, suku, bangsa, maupun jenis kelaminnya. Pramoedya mencoba mengungkapkan ketidaksetujuan atau penentangannya terhadap segala bentuk tindakan diskriminasi. Pramoedya yang menentang diskrimkriminasi termasuk juga diskriminasi terhadap perempuan dipengaruhi oleh orang-orang yang berada di lingkungannya, terutama sang Ibu yang mempengaruhi penggambaran tokoh Nyai Ontosoroh. Melalui tokoh Nyai Ontosoroh Pramoedya memrepresentasikan nilai feminisme dalam karyanya.

References:
ü  Toer, Pramoedya Ananta. 2010. Bumi Manusia. Jakarta: Lentera Dipantara.
ü  Nurrahman, Dian. 2014. Clasical Critical Theory: from ancient Greek to Victorian England. Kota Bandung: Pustaka Aura Semesta.
ü  Djajanegara, Soenardjati 2003 Kritik Sastra Feminis. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
ü  Sugihastuti dan Suharto. 2010. Kritik Sastra Feminis: Teori Dan Aplikasinya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
ü  Kalish, Richard A. 1968. The Psychology of Human Behavior. California: Wadsworth Publishing Company.
ü  Hun, Koh Young. 2011. Pramoedya Menggugat: Melacak Jejak-Jejak Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama